Pagi menulis dirinya sendiri.
Pagi tumbuh dengan pengecualian
bahwa semalam ia telah bermimpi tentang keutuhan,
sepotong cinta,
jg dadanya yang memar lantaran
hujan tak pernah tiba.
Ia terus menuliskan sesuatu.
Seperti pikiran,
seperti wajah2 yang baru ia kenali.
Dan di atas matanya,
ia buat pelukan dari air dan pasir.
Bangkalan, 11 Oktober 2011
Wednesday 28 December 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment